Daftar Isi
Laduni.ID, Jakarta – Sunan Kedu beliau dikenal seorang wali penyebar agama islam di wilayah Kedu dengan jalan dakwah melalui pertanian, diantaranya penanaman padi dan penanaman tembakau hingga sekarang. Sunan Kedu melanjutkan jalan dakwah dari Ki Ageng Makukuhan hingga sampai usia senja, setelah berusia senja beliau pulang ke Gribig, Kudus. Disana beliau menghabiskan masa waktunya bersama istri dan pengawalnya di desa Gribig, Kudus.
Profil
Sunan Kedu sendiri berasal dari Parakan Temanggung dan bernama lahir Abdul Hakim bin Abdullah Taqwim. Kisah kedatangannya ke Kudus, dimulai saat beliau tiba dari Mekkah untuk menuntut ilmu. Waktu itu, beliau dapat perintah agar melanjutkan menimba ilmu kepada Sunan Kudus. Gelar beliau adalah Syech Abdul Basyir dari guru beliau dari Mekkah.
Guru-guru beliau di antaranya:
1. Abdullah Taqwim (Ki Ageng Makukuhan)
2. Sunan Kalijaga
3. Sunan Kudus
Lokasi Makam
Lokasi Makam Sunan Kedu Gribig Kudus ini berjarak 2,7 km dari Masjid Menara Kudus, arah ke utara, melewati Jl KHR Asnawi, lalu lanjut ke Jl Besito. Satu rumah setelah Puskesmas Gribig belok kiri masuk ke gang Al-Fatihah, dan jika lurus mentok akan sampai ke masjid At-Taqwa. Dari masjid tinggal jalan kaki ke arah utara sekitar 100 meter untuk sampai ke makam Sunan Kedu.
Haul
Haul Sunan Kedu diadakan dengan buka luwur yang diadakan pada bulan Muharam di tahun hijriah, acara ini diadakan dengan kirab, dan membawa hasil bumi atau pertanian. Acara ini diadakan di komplek makam Sunan Kedu
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam Sunan Kedu banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Kudus saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di desa Gribig, Kudus.
Sampai saat ini makam Sunan Kedu di Gribig banyak di ziarahi oleh pengusaha-pengusaha pembuat rokok. Dan bahkan pabrikan-pabrikan besar di Kudus dan sekitarnya rutin tiap bulanan mengadakan selametan dan berdo’a dengan berwasilah atau lantaran Sunan Kedu agar dalam bisnisnya lancar penuh berkah.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Sunan Kedu, maka akan dimudahkan dalam kelancaran bisnis usahanya, dimudahkan dalam kelancaran rezekinya, dimudahkan hajatnya.
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Kudus di antaranya:
Jenang Kudus, Madu Mongso, Keciput, Jangklong, Kopi Muria, Kacang Bawang Sumber Gelis, Rengginang, Sirup Parijoto, Kopi Jetak, Intip ketan.
Profil
KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an. KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:
- Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
- KH. Dahlan Hasbullah
- KH. Adnan
- Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
- Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
- Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).
Guru-guru beliau di antaranya:
- KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
- K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
- K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
- Syekh Nawawi Banten
- Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
- Syekh Muhammad Al-Muqri
- Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
- Syekh Ahmad Nahrowi
- Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
- Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
- Syekh Yusuf Al-Mishri
- Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh
Lokasi Makam
KH. Ahmad Sholeh mengasuh Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.
Haul
Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan