Daftar Isi
Laduni.ID, Jakarta – Syekh Ibrahim Asmoroqondi merupakan tokoh penting dalam penyebaran Islam, karena merupakan ayah kandung dari Raden Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel. Perjalanan dakwah Syekh Ibrahim Asmoroqondi di penuhi berbagai liku-liku, Beliau mulai berdakwah dari Samudra Pasai, Campa, Palembang, hingga akhirnya berlabuh di Tuban, Jawa Timur mensiarkan agama Islam dengan dua putranya Ali Murtadlo dan Ali Rahmatullah.
Dakwah yang disampaikan oleh Syekh Ibrahim Asmoroqondi sangat luas akan tetapi tetap berkisar pada masalah keIslaman atau agama Islam. Dalam tujuannya adalah menegakkan tauhid dan upaya menjalankan syariat Islam dengan dilandasi oleh kitab suci Alquran dan Alhadist. Sedang dalam dakwahnya Syekh Ibrahim Asmoroqondi menekankan pada dakwah bil lisan dan dakwah bil hal. Hal ini dibuktikan bahwa apa yang telah diucapkan dalam ajarannya selalu ditandai dan diwarnai dengan perbuatannya. Beliau menasehati para santrinya tentang arti hidup di dunia ini menuju akhirat. Selama hidup di dunia hendaklah orang itu berbuat amar makruf nahi munkar. Para muslim wajib ta‟at pada Allah, pada Rasulnya, pemimpinnya (raja), kedua orang tuanya dan gurunya. Semua itu dilandasi dalam kehidupan muslim, mukhsin, mukhlis, mukmin, dan muttaqin. Dalam kehidupan sehari-hari diwujudkan dalam penekanan iman sebagai landasan, Islam sebagai kegiatan dan ikhsan sebagai hasil akhir untuk berbuat baik.
Syekh Ibrahim Asmoroqondi juga menyusun sebuah kitab tulisan tangan yang dikenal di kalangan pesantren dengan nama Usul Nem Bis, yaitu sejilid kitab berisi enam kitab dengan enam bismillahirrahmanirrahim, ditulis atas nama Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Itu berarti, sambil berdakwah menyiarkan Agama Islam, Syaikh Ibrahim as-Samarkandi juga menyusun sebuah kitab.
Profil
Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14. Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan sebutan Makdum Ibrahim Asmoro atau Maulana Ibrahim Asmoro. Sebutan itu mengikuti pengucapan lidah Jawa dalam melafalkan as-Samarqandi, yang kemudian berubah menjadi Asmoroqondi.
Guru-guru beliau di antaranya:
- Syekh Jamaludin Husen Al Akbar
- Syekh Maulana Malik Ibrahim
Murid-murid beliau di antaranya:
Abu Hurairah ( Raden Burereh)
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi
Lokasi Makam
Syekh Ibrahim Asmoroqondi wafat pada sekitar tahun 1425M dan dimakamkan di Dusun Gresik, Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban
Haul
Haul Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi biasanya dirayakan pada bulan Syawal, biasanya diperingati di Komplek Makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi
Motivasi Ziarah Menurut Syeikh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi banyak dikunjungi para peziarah. Tak hanya datang dari wilayahTuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi terletak di desa Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.
Ada keyakinan dari masyarakat yang datang ke sana bahwa dengan berziarah dan berdoa di makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi, maka dimudahkan hajatnya akan terkabul. Bahkan bagi beberapa kalangan, mereka meyakini bahwa karomah dari Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi bisa meningkatkan derajat, dibukakan hati dan pikirannya dalam menerima ilmu baik ilmu agama maupun ilmu dunia, dan dimudahkan dalam menyelesaikan segala urusan. Karena itu tak jarang yang datang ke sana adalah orang-orang dari golongan pejabat. Selanjutnya bagi para pedagang, berdoa di makam ini konon adalah jaminan kesuksesan dalam usaha yang dijalankannya.
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan