Laduni.ID, Jakarta – KH Abdul Karim Tebuwung lahir pada Senin Wage 11 Syawal 1245 H (5 April 1830), beliau merupakan ulama kharismatik kelahiran Desa Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur yang memiliki nasab hingga Sunan Drajat. KH Abdul Karim Tebuwung merupakan keturunan ke-12 Sunan Drajat dan juga pendiri Pondok Pesantren Tebuwung, Dukun, Gresik yang saat ini dikenal dengan Pondok Pesantren Al-Karimi Gresik.
Beliau merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, ayahnya bernama Kyai Abdul Qohar (Raden Kair), seorang anggota Laskar Pangeran Dipenogoro yang ditugaskan di Sumenep, Madura pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman Pakunatadiningrat I. Ibunya bernama Nyai Sarwilah dan sang kakak bernama Raden Ayu Muqiroh.
Dari jalur ayahnya inilah nasabnya tersambung hingga Sunan Drajat, silsilahnya adalah Abdul Karim bin Abdul Qohar bin Darus bin Qinan bin Ali Mas’udi bin Ahmad Rifa’i bin Bisyri bin Ahmad Dahlan bin Muhammad Ali bin Abdul Hamid bin Shiddiq bin Sunan Drajat (R. Qosim) bin Sunan Ampel (R. Rahmatullah) bin Ibrahim Asmaraqondi bin Jamaludin al-Akbar bin Ahmad Syah Jalalul Amir bin S. Abdullah Khan bin S. Abdul Malik Azmat.
Saat KH Abdul Karim berusia dua tahun, KH Abdul Qohar meninggal, kemudian sang ibu dipinang kembali oleh Kiai Asnawi Sidayu, Gresik. Karena itulah beliau juga harus ikut pindah ke Sidayu, Gresik dan menuntut ilmu kepada Kiai Mustahal bin Kiai Badrudin (salah satu keturunan Jaka Tingkir), seorang ulama besar yang juga berasal dari Sidayu.
Diantara beberapa guru beliau lainnya adalah Kiai Raden Maulani bin Kiai Ismail (Mbah Suto Sendang), Syekh Ahmad Khatib asy-Syambasi, Syekh Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Abdul Ghani al-Bimawi, Syekh Yusuf Sumbulaweni, Syekh Abdul Hamid Daghestani, Syekh Sayyid Ahmad Nahrawi, Syekh Ahmad Dimyati, Syekh Muhammad Khatib Duma al-Hambali, Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Maliki, dan masih banyak lagi.
Beliau wafat di Gresik pada Selasa Legi, 28 Dzulhijah 1313 H/9 Juni 1896 pada usia 66 tahun. Makam beliau terletak di Desa Tembuwung, Dukun, Gresik, Jawa Timur.
Editor: Daniel Simatupang