Laduni.ID, Jakarta – Syekh KH. Masduqi Al-Lasimy lahir di Desa Soditan, kecamatan Lasem, Rembang, Jawa Tengah sekitar tahun 1908 M. Beliau merupakan anak dari pasangan KH. Sulaiman dengan Nyai Hj. Khadijah (Qolmini). Nasab beliau tersambung hingga Sayyid Mutamakkin Kajen, Pati.
Syekh Masduqi juga dikenal sebagai Tombak Mangku Mulyo (Quthbul Jawi), simbol pewaris tanah Jawa setelah Syekh KH. Asnawi Banten. Simbol tersebut merupakan warisan dari Syekh Subakir, seorang ulama yang pertama kali membabat tanah Jawa.
Syekh Masduqi memiliki minat belajar yang tinggi, setelah menimba ilmu kepada sang ayah dan pamannya, KH. Tayyib, beliau langsung melanjutkan pendidikannya ke Pondok pesantren Tremas, di bawah asuhan KH. Dhimyati bin Abdullah (adik Syekh KH. Mahfudz Tremas).
Setelah itu beliau belajar kepada Syekh KH. Masyhud Pacitan, dan melanjutkan pendidikannya di Makkah kepada Syekh Umar Hamdan al-Maghrabi dan Syaikh Muhammad Ali al-Maliki al-Hasani al-Maghrabi. Beliau belajar di Makkah selama 6 tahun, tidak hanya belajar beliau juga dipercaya untuk menjadi pengajar di Masjidil Haram.
Saat mengajar di Masjidil Haram beliau mendapat gelar As-Syeikh, saat itu hanya ada tiga ulama asal Nusantara yang mendapat gelar Syekh, yaitu Syekh Masduqi Al-Lasimy, Syekh Mahfudz At-Tarmasi, dan Syekh Tasin Al-Fadani.
Syekh Masduqi mendirikan Pondok Pesantren Al-Ishlah pada tahun 1950, saat itu banyak santri berdatangan dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa, Sulawesi, Madur, Sumatera, dan Kalimantan.
Lokasi Makam
Syekh Masduqi Al-Lasimy wafat pada 17 Jumadil Akhir 1396 H/1975 M, beliau disemayamkan di Pondok Pesantren Al-Ishlah, Desa Soditan, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Editor: Daniel Simatupang